Warga Desak Pemkab Lampura Tutup Operasional Peternakan Ayam Petelur Milik CV. HJF



45 Online, Lampung Utara – Warga Dusun 10 Baru Harja, Desa Madukoro, Kecamatan Kotabumi Utara, Lampung Utara dan Laskar Lampung menggelar aksi unjuk rasa mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) agar segera menutup  kegiatan operasional CV. Hanura Jaya Farm (HJF), yang merupakan sebuah perusahaan peternakan ayam petelur yang selama ini menyebabkan pencemaran lingkungan.

 

Warga mengeluhkan aroma tidak sedap dan sangat menyengat, serta banyaknya lalat yang menyebar ke lingkungan warga yang diduga bersumber dari kotoran ayam yang berasal dari kandang milik CV. HJF, warga juga mengeluhkan rusaknya jalan akibat tingginya intensitas kendaraan bermuatan berat lalu-lalang milik perusahaan.

 

Desakan ini mereka sampaikan dalam aksi unjuk rasa di tiga tempat. Ketiga tempat itu adalah kantor Pemkab Lampung Utara, kantor DPRD Lampung Utara, dan terakhir, di lokasi peternakan, Rabu (26/2/2025).

 

Jalannya aksi unjuk rasa di lokasi peternakan yang juga dihadiri oleh pihak Komisi III DPRD Lampung Utara sedikit alot dan memanas. Sebab, warga ngotot untuk diperlihatkan izin yang diklaim telah dimiliki oleh CV itu. Ternyata, dugaan warga mengenai ketiadaan izin yang dikantongi oleh CV. HJF sepertinya mendekati kebenaran.


Izin lingkungan atau izin tetangga yang diperlihatkan adalah izin tahun 2018. Itu pun untuk DOC (Day Old Chicken) atau untuk anak ayam berumur satu hari dan bukannya untuk peternakan ayam petelur seperti saat ini.

 

Handrayadi mengatakan, kala itu persetujuan yang diberikan warga hanyalah untuk ternak DOC.

 

“Dengan demikian, peternakan ayam petelur milik CV. HJF jelas belum mengantungi izin resmi. Sebab, warga belum pernah menandatangani persetujuan untuk usaha peternakan ayam petelur tersebut,” katanya.


“Jadi, tunggu apa lagi. Segera tutup peternakan ini karena sudah mengganggu kenyamanan kami,” tuturnya.

 

Desakan serupa juga disampaikan oleh Subchan. Menurutnya, keberadaan peternakan ini telah merenggut kenyamanan mereka dalam menghirup udara segar.

 

Setiap harinya, mereka dipaksa untuk berdamai dengan bau menyengat dari kotoran ayam yang dihasilkan oleh peternakan tersebut. Belum lagi, banyaknya lalat yang beterbangan di pemukiman mereka. Padahal, kondisi ini tak pernah terjadi sebelum peternakan itu berdiri.

 

“Kami tak antipati terhadap pelaku usaha, tapi tolong pikirkan kenyamanan kami juga,” kata dia. (Redaksi)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama